Thursday, February 23, 2012

Jenuh




Lagi mood berbahasa indonesia nih. Mungkin masih tersisa pengaruh Nostalgia yang kemaren baru bikin, dan akhir-akhir ini nggak ada yang bisa di bahasa inggris-in. Anyway, enjoy my bahasa post!

---

Terkadang, lari adalah satu-satunya jalan yang tepat. Meninggalkan seluruh kenangan dibelakang dan membuka lembaran baru, meneruskan langkah dan menjadi tak terhentikan. Terkadang, lari adalah satu-satunya jalan yang tepat. Terkadang, bukan.

Aku selalu berlari dan mencoba beradu kecepatan dengan waktu, menggunakan setiap detikku dengan sempurna dan tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi di masa lalu. Tetapi ketika aku berlari dan mencoba melawan waktu, suatu yang membayangiku selalu menepuk lembut bahuku dan meminta untuk berlari lebih pelan, dan lebih pelan, dan terhenti. Membiarkan diriku termakan memori dan kenangan yang terus membanjiriku dengan hiasan hiasan lama dan rangkai kata yang memudar termakan umur. Membuatku untuk meraih lebih tinggi, lebih tinggi akan suatu yang tak pernah ada, atau tak lagi ada.

Terkadang aku tak membiarkan suatu itu menghancurkanku lebih parah. Aku menambah kecepatanku dan berpacu dengan waktu, berharap suatu itu tertinggal jauh dibelakang dan meninggalkanku sendiri menyepi. Namun, yang kulakukan hanya membuat duniaku berputar lebih cepat dan membuatku mundur teratur dan kembali pada titik tersebut, dimana seluruh hal yang berada disekitarku menjadi lebih sensitif dan menarik kasar diriku untuk terjun ke dalam kenangan yang terhempas waktu dan warna yang membiru.

Sampai detik ini, aku tak tau bagaimana caranya untuk berhenti terhanyut dalam semu, berhenti berlabuh dalam pilu, berhenti bertemu dengan sendu. Ketika cinta menjadi suatu yang tabu untuk dibicarakan dan ketika hati berhenti bergetar. Ketika rintik hujan menyentuh bumi dan mengedarkan sebuah aroma yang kuat dan menyesakkan. Ketika matahari mengeringkan genangan air dan kita berhenti bercermin. Tempat-tempat yang aneh untuk memulai perjalanan waktu, tapi hanya disitu aku menemukan sisa pembicaraan tengah malam kita, diikuti dengan senyuman yang meleleh dan daun rindu yang berguguran.

Satu demi satu.

---

God, what has gotten into me.

No comments:

Post a Comment